Surabaya, kawanuaplus.com – Perantauan asal tondano, Sulawesi Utara ini telah menaklukkan sengitnya persaingan bisnis di Surabaya, Jawa Timur. Namun kelestarian budaya dan kesejahteraan warga Kawanua di Surabaya mengusik nurani pria yang terlahir dengan nama Noufry Elfianus Ferdinand Rondonuwu untuk berkiprah lebih dari bisnis.
Sejak November 2014 yang lalu, Noufry dikukuhkan sebagai Ketua Kerukunan Keluarga Kawanua Surabaya (K3S) untuk periode 2014-2018. Sebelumnya, dia telah banyak terlibat dalam kegiatan sosial yang digelar K3S dan beberapa organisasi lainnya.
“Prioritas program saya adalah sektor budaya dan sosial. Warga Kawanua di Surabaya dan sekitarnya harus bisa mencicipi kesejahteraan dan organisasi ini [K3S] menjadi jembatan menuju sana,” ujar Noufry yang dipilih oleh 40 perkumpulan Sulawesi Utara yang berdomisili di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.
Pria yang dilahirkan di Tondano pada tanggal 29 November 1970, Noufry dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang bahagia. Masa kecilnya banyak dihabiskan di kampung halamannya.
Usai menamatkan pendidikan dasar di SD VI Tondano dan SMP Negeri 1 Tondano, Noufry remaja pindah ke Tomohon untuk melanjutkan sekolah di STM Tomohon.
Keberanian yang tertempa sejak kecil telah memicunya untuk merantau ke Surabaya, disamping kecintaannya terhadap bidang teknik mengantarkan dia untuk merantau ke Surabaya.
Di Surabaya, Noufry memulai karier sebagai karyawan di berbagai perusahaan.
“Saya akhirnya ditempa menjadi pribadi yang tidak gampang menyerah dan selalu berusaha menjadi lebih baik,” ujar Noufry seperti dikutip dari laman www.kawanuasurabaya.org.
Melihat peluang bisnis yang ada akhirnya Noufry beralih menjadi seorang wiraswasta. Rupanya berusaha sendiri adalah jalan hidupnya. Saat ini Noufry Rondonuwu memiliki dan mengelola dua perusahaan, yaitu sebagai Direktur Utama PT. Citra Cahaya Mas (bergerak dalam bidang forwarding Export Import) dan Direktur Utama CV. Maesa Technic (General Supplier Engine & Spare Parts), yang beralamat di Jl. Perak Timur No.266, Surabaya.
Keaktifannya dalam berbagai kegiatan Kawanua di Surabaya mengantarkannya bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Mikke Lintang di Surabaya yang juga berasal dari Tondano.
Mikke yang pada waktu itu adalah seorang Karyawan Bank, juga tidak kalah aktifnya dalam berbagai kegiatan Kawanua di Surabaya. Mereka menikah pada tanggal 18 Oktober 2003, dan dari hasil pernikahan itu telah dikaruniai dua orang anak gadis, yaitu Preisy Loren Rondonuwu (9 tahun) dan Prilly Laura Rondonuwu (7 tahun).
Walaupun sibuk dalam urusan rumah tangga dan dalam mengelola perusahaan, Noufry Rondonuwu tetap menjaga kehidupan rohaninya. Saat ini dia melayani sebagai Penatua dan Ketua 4 PHMJ di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Maranatha, Jl. Yos Sudarso 2-4, Surabaya. Menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi, pekerjaan dan pelayanan, adalah tantangan setiap orang.
Guna mewujudkan program-program K3S, Noufry telah membangun komunikasi dengan berbagai elemen, mulai pemerintah provinsi Sulut, tokoh Sulut, hingga instansi-instansi yang berbasis di Sulut seperti Bank Sulut.
“Dengan memperkuat jejaring dengan berbagai kalangan itu, K3S berupaya menerbitkan kartu anggota yang bisa berfungsi sebagai kartu asuransi. Ini termasuk bagian dari program sosial,” jelasnya.
Sementara untuk program budaya, K3S dibawah kepemimpinan Noufry langsung menggebrak dengan menggelar Festival Kawanua 2014 di Surabaya. “Festival ini melombakan tari Maengket dan seni musik Kolintang,” papar Noufry.
Hari ini, Jumat 12 Desember sampai dengan 13 Desember 2014, K3S menggelar acara budaya tersebut di Hotel V3 di Surabaya, Jawa Timur. Sebanyak 40 grup Kolintang siap berkompetisi.
“Mereka berasal dari Surabaya, Jakarta, Manado, dan daerah lainnya di seluruh Indonesia,” jelas Noufry. Hid
Be the first to leave a comment