Bone Bolango, Kawanuplus.com Siang itu, awan mendung menyelimuti sebagian wilayah Gorontalo. Seketika titik-titik air turun perlahan ke bumi. Di tengah gerimis hujan itu, Wartawan Kawanua Plus.com menyusuri jalanan berkelok menuju Desa Tupa, Kecamatan Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango. Sebuah desa yang kurang memperoleh perhatian pemerintah daerah setempat. Padahal, potensi perkebunan dan pertaniannya dapat mendongkrak ekonomi warganya serta dapat membantu memenuhi kebutuhan warga di wilayah perkotaan.
Di sisi timur desa dengan luas wilayah kurang lebih 1060 meter persegi itu, tampak bantaran Sungai Bulango yang sesekali beraksi dengan ganasnya saat musim penghujan. Sementara di sisi barat tampak tebing menghijau elok mempesona. Namun terkadang menampakkan kemarahannya dengan menurunkan banjir bandang yang bisa meluluh lantakkan bangunan bahkan manusia di bawahnya.
Saat musim hujan, warga senantiasa selalu was-was dengan kondisi alam. Kondisi itu kadang enggan bersahabat. Amukan air sungai Bulango setiap saat mengintai. Ini membuat warga Desa Tupa dan sekitarnya harus menelan pil pahit.
Pasalnya, jika air sungai Bulango menyerang, tanaman berbagai komoditi hasil jerih payah warga dihantam dan dibawa ganasnya air sungai. “Nyaris tidak ada yang bisa diselamatkan saat air sungai menyerang,” tutur Kepala Desa Tupa, Neni Polihito kepada wartawan.
Derita warga akibat kondisi tersebut, belum lagi banjir bandang seolah tak berkesudahan bagai jalan tak berujung. Ironisnya, pemerintah daerah terkesan tutup mata. sementara hasil pertanian dan perkebunan dari Desa Tupa dan sejumlah desa sekitar lainnya merupakan supplier kebutuhan masyarakat di wilayah perkotaan dan sekitarnya.
“Walaupun dengan kondisi buruk seperti ini, kami tetap menjalaninya dengan semangat dan tekad untuk kehidupan yang lebih baik,” tutur Neni yang juga mantan pengrajin jahitan gordyn ini optimis.
Menurut Neni, pemerintah desa telah mengajukan proposal ke sejumlah dinas dan instansi terkait. Proposal intinya memohon agar Desa Tupa dan sekitarnya bisa mencicipi program pemerintah melalui pembangunan tanggul atau broncong. Hal ini kami lakukan untuk memberi jaminan kenyamanan bagi warga agar tetap bercocok tanam demi memenuhi kebutuhannya,ujar istri Bakri Usman ini.
“Kami telah mengajukan proposal usulan kepada Balai Wilayah Sungai Sulawesi II dan BP-DAS Bone Bolango Gorontalo. Sampai dengan hari ini belum juga ada realisasi,” tambah srikandi kritis dan aspiratif ini.
Begitu banyak program pemerintah yang masuk ke Desa Tupa. Hanya saja, program-program itu belum dapat menyamai tingkat kebutuhan warganya akan pentingnya tanggul. Walau bencana telah banyak melanda desa, namun perhatian pemerintah akan pentingnya tanggul ternyata belum dapat dinikmati warganya. Bagai si cebol merindukan bulan. Peribahasa ini pantas dialamatkan kepada warga Desa Tupa.
Neni berharap pemerintah daerah sesegera mungkin dapat merealisasikan usulan maupun proposal yang diajukan. Tanggul sangat kami harapkan untuk memberi jaminan kenyamanan kepada warga dalam mengolah tanaman sehingga pasokan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi sesuai kebutuhan. Ini merupakan upaya saya dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, baik makmur dalam keadilan maupun adil dalam kemakmuran pungkasnya. han
Be the first to leave a comment