Manado, kawanuaplus.com – Generasi muda Sulawesi Utara (Sulut) jangan terjebak oleh penjelasan-penjelasan di buku pelajaran sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pasalnya, sejak mereka bersekolah di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), mereka dipaksa untuk menghakimi pelaku Permesta sebagai pemberontak kepada pemerintah pusat RI.
Sekarang ini, banyak pelajar, mahasiswa, dan generasi diatasnya enggan mengaku di hadapan rekan-rekannya bahwa Opa mereka atau Oma mereka dulunya adalah pejuang Permesta. Mereka takut untuk menyaksikan fakta sejarah nenek moyang mereka dulunya bukan pemberontak, justru Permesta memperjuangkan keadilan bagi kesejahteraan warga di daerah.
“Padahal perjuangan Permesta itu murni. Mari kita buka apa saja tuntutan Permesta kepada pemerintah pusat di Jakarta. Satu, kita berikrar untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Kedua, Permesta menentang komunisme yang jadi ideologi Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketiga, Permesta menuntut otonomisasi daerah,” ungkap Bernard Tengker yang akrab disapa Bena.
Pria yang masih berpenampilan gagah di usianya yang ke-76 itu, berani untuk meluruskan paparan sejarah di buku-buku pelajaran itu di setiap kesempatan. Bahkan setiap berjumpa dengan generasi muda Sulut, dia menyulut semangat kebanggaan menjadi keturunan Permesta.
“Mereka harus tahu sejarah sebenarnya tentang Permesta sehingga mereka semakin bersemangat untuk memajukan Indonesia. Kita semua harus sama-sama mengawal agenda perjuangan Permesta,” tegas Bena yang menjadi salah satu tokoh Permesta yang aktif menjalin silaturahmi dengan kawan-kawan seperjuangannya.
Jangan Takut Mengaku Keturunan Permesta
Pernah, Bena ini berpidato di hadapan salah satu komandan TNI yang bertugas di wilayah Sulawesi Utara tentang kemurnian perjuangan Permesta. Ketika itu mereka sama-sama menghadiri upacara di Taman Makam Pahlawan.
Tanpa takut-takut dia mengungkapkan apasaja yang menjadi pokok masalah yang diperjuangkan Permesta kepada pemerintah pusat RI saat itu.
“Termasuk otonomi daerah yang kita nikmati sekarang. Itu adalah hasil dari perjuangan Permesta. Karena waktu itu pemerintah pusat seenaknya saja mengambil harta kekayaan daerah untuk membiayai pembangunan di pusat. Tapi lupa untuk berbagi dengan daerah,” seru Bena.
Bukannya marah, sang komandan TNI akhirnya justru member hormat kepada Bena setelah mendengarkan penjelasannya.
“Jadi, jangan takut mengaku anak keturunan Permesta. Permesta bukan pemberontak. Permesta justru pejuang kesejahteraan rakyat Indonesia di daerah-daerah sehingga sama-sama maju seperti kota pusat kekuasaan,” tegas Bena. hid
cucu pejuang permesta
January 13, 2015
bagi kami adalah suatu kehormatan menjadi keuturunan pejuang permesta.kalian adalah pahlawan otonomi daerah dan jasa jasa kalian akan kami selalu kenang serta kami tidak akan menyiakan keringat dan darah kalian demi tanah minahasa
remie
January 27, 2015
Kami bangga dengan permesta , kaka ku permesta papa ku permesta , om ku , tnt ku permesta . bayangkan ada nggota dpr mengatakan Aku bangga jadi ada PKI , kenapa kita tidak bangga dengan permesta ?