Surabaya, kawanuaplus.com – Seni musik kolintang tak lagi hanya menjadi kebanggaan warga Minahasa (Sulawesi Utara), seni musik yang mengalun dari ketukan kayu berjejer rapi ini telah memikat warga se-Indonesia dari suku-suku lainnya.
Maka lahirlah banyak grup Kolintang yang pemusiknya bukanlah orang asli Minahasa. Mulai suku Jawa, Sunda, Ambon, dan suku lainnya di Indonesia telah banyak yang menyukai dan turut melestarikan seni ini.
Salah satu grup kolintang “bercitarasa” nasional ini adalah grup “Jingga”. Kelompok musik asal kota Jakarta ini beranggotakan dari banyak suku. Grup ini berawal dari kegiatan Darma Wanita Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di bidang kesenian.
“Kami sebenarnya sudah berlatih selama satu tahun terakhir. Ketika ada Festival Kawanua 2014 ini, kami akhirnya membulatkan tekad membentuk grup kolintang “Jingga” satu bulan yang lalu,” jelas Caecilia Endang Lenggonowati, ketua “Jingga”.
Perempuan asli Jawa Tengah dan besar di Bandung ini mengungkapkan, mereka mengawali seni kolintang didorong oleh keharusan kegiatan organisasi perempuan di lingkungan kementerian. Namun lama-lama mereka menemukan sisi menarik dari seni kolintang.
“Disini, penyanyi harus menyesuaikan dengan alunan nada kolintang. Bukannya nada disesuaikan suara penyanyi. Kolintang kan hanya punya satu oktaf, berbeda dengan alat musik lain yang bisa memiliki tiga oktaf,” ujar Caecilia.
Festival Kawanua 2014 ini telah mempertemukan grup kolintang pemula dan jawara tingkat nasional. Salah satu grup kolintang yang memiliki kemampuan mumpuni adalah “Kemuning Putih”. Grup kolintang asal Jakarta ini adalah Juara Nasional Kolintang yang telah menyabet penghargaan dari Ibu Negara Ani Yudhoyono pada pertengahan tahun 2014 silam.
Ketika kawanuaplus.com mengintip persiapan mereka, tampak para pemainnya sangat menjiwai alunan nada yang dihasilkan dari benturan bilah kayu dan stik pemukul kolintang.
Siapa yang bakal jadi pemenang? Kita tunggu hasil kompetisinya pada Sabtu (13 Desember 2014). hid
Be the first to leave a comment