Jakarta, kawanuaplus.com – Nama Ventje Rumangkang, namanya lekat sekali dengan dinamika politik nasional Indonesia. Jejaknya tampak jelas dalam sejarah berdirinya Partai Demokrat, partai yang mengantar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden Republik Indonesia sejak 2004 hingga 2014. Kiprahnya di kancah politik lebih menyedot perhatian media massa daripada di bidang bisnis.
Ventje tidak dapat dilepaskan dari Partai Demokrat. Dia menjadi salah satu dari sembilan orang yang terhimpun dalam Tim 9 yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian Partai Demokrat.
Dia adalah salah satu inisiator dan pendiri partai berlambang bintang trilogi itu. Peranan Ventje dalam mendirikan Demokrat tak bisa dipungkiri, tidaklah sedikit.
Pada 2001, tak lama setelah SBY dikalahkan Hamzah Haz dalam memperebutkan kursi wakil presiden, Ventje menyatakan dukungan agar SBY mendirikan partai politik.
Dia bersama Sutan Bhatoegana mengumpulkan sejumlah tokoh untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Sehingga terbentuklah Tim 9 yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian Partai Demokrat.
Mereka adalah Ventje, Ahmad Mubarok, A Yani Wachid, Subur Budhisantoso, Irzan Tanjung, Heroe Syswanto Ns (Sys NS), RF Saragih, Dardji Darmodihardjo, Rizald Max Rompas dan T Rusli Ramli. Setelah resmi berdiri, SBY memercayakan Subur Budhisantoso sebagai ketua umum dan Ventje sebagai wakil ketua umum. Adapun sekretaris jenderal diemban oleh EE Mangindaan.
Namun dia mengelak bila dinilai memiliki pengaruh kuat di kancah politik, terutama terkait kedekatannya dengan SBY. “Ah, siapa bilang saya berpengaruh?” katanya ketika menjawab pertanyaan wartawan mengenaik kedekatan dan pengaruhnya pada sosok SBY.
Pada Juni 2005, ketika itu Anas Urbaningrum memutuskan keluar dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan bergabung dengan Partai Demokrat. Seiring berjalannya waktu, perhatian media massa ketika itu lebih tertuju kepada sosok Anas daripada Ventje. Pasalnya, Anas yang baru direkrut langsung menduduki jabatan ketua bidang politik, sementara Ventje yang semula wakil ketua umum terlempar menjadi anggota dewan pembina. Adapun kursi wakil ketua umum diduduki Ahmad Mubarok.
Dinamika selanjutnya, Ventje memutuskan keluar dari gelanggang Partai Demokrat pada 2007 dan pada tahun yang sama mendirikan Partai Barisan Nasional (Barnas), tepatnya pada 1 Oktober 2007, dengan warna dan lambang yang nyaris sama dengan Demokrat.
Kepada pers, Ventje mengatakan, hengkangnya dia dari Partai Demokrat, antara lain karena persoalan ideologi serta visi nasionalisme yang tidak sejalan lagi. Ventje menegaskan, partainya sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Demokrat meski di dalam jajaran Partai Barnas terdapat sejumlah mantan kader Demokrat.
Di Partai Barnas, Ventje menjabat sebagai ketua umum, jabatan yang tak bisa diraihnya di Partai Demokrat. Sejak awal, Ventje menargetkan partai barunya itu akan memperoleh sekitar 10 persen suara pada Pemilu 2009 sehingga bisa membentuk satu fraksi di DPR RI. Banyak pengamat menilai, kelahiran Partai Barnas akan menggerus suara Demokrat.
Namun sayang, impian Ventje itu tak terwujud, alih-alih membentuk satu fraksi di DPR, Partai Barnas tak lulus parliamentary threshold (PT), ambang batas parlemen. Hasil penghitungan akhir KPU menyatakan, Partai Barnas hanya mendapatkan suara nasional sebanyak 0,73 persen. Sementara Demokrat justru tampil sebagai pemenang dengan suara yang jauh meningkat ketika Ventje masih berseragam Demokrat.
Semenjak itu, hilanglah nama Ventje dari gelanggang politik nasional. Mertua dari artis Angel Karamoy itu berkonsentrasi di internal membenahi Partai Barnas. Bahkan, saat hingar bingar Pemilihan Presiden 2009, nama Ventje tak membahana. Ventje kembali tampil di gelanggang politik nasional ketika Partai Barnas menggelar Kongres di Manado pada 2011.
Dalam kongres yang dibuka oleh Ketua DPR Marzuki Alie itu, Ventje kembali memuji Partai Demokrat. Bahkan dia mengatakan, Barnas dan Demokrat ibarat saudara. Setelah skandal M Nazaruddin terungkap, Ventje makin sering tampil di media. Kesetiaan dia sebagai kawan SBY sekaligus sebagai pendiri Partai Demokrat menjadi bumbu penyedap berita-berita seputar Ventje.
Juni 2011, Ventje kembali ke gelanggang Partai Demokrat, mendeklarasikan Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD) Partai Demokrat di Hotel Sultan, Jakarta. Forum tersebut didirikan sebagai bentuk kepedulian atas banyaknya masalah yang menimpa Demokrat. Terutama karena saat itu Anas Urbaningrum banyak dituding menjadi simpul dari segala masalah yang menimpa Partai Demokrat.
Ventje pun mendapuk SBY sebagai pembina forum tersebut. “Forum ini lahir di tengah-tengah yang seperti kita lihat Partai Demokrat sudah ditimpa masalah dan cobaan didalam rangka mengatasi problem yang ada di Partai Demokrat,” ujarnya kala itu.
Setahun berselang, mertua artis Angel Karamoy ini makin sering tampil di gelanggang politik. Juni 2012, FKPD kembali menggelar saresehan di Hotel Sahid Jakarta. Tak ada satupun foto Anas urbaningrum dipasang di sekitar lokasi acara FKPD. Di lokasi acara hanya ada foto wajah SBY dan Ventje yang diduetkan bak mengenang memori nostalgia Demokrat di masa-masa awal pendirian.
Sebagai politikus kawakan, Ventje menunjukkan kelasnya. Dia berhasil mendatangkan SBY dan membuat Anas dalam posisi yang kian tersudutkan. Terlebih setelah dalam acara itu SBY mengeluarkan pernyataan yang diyakini menyudutkan Anas. “Daripada memalukan di kemudian hari, lebih baik mundur sekarang juga dan tinggalkan partai ini,” tegas SBY.
Demikianlah sepak terjang Ventje, sang Kawanua di kancah politik nasional. Itu sebabnya Ventje disebut-sebut memiliki hubungan yang unik dengan SBY dan Partai Demokrat. hid
Be the first to leave a comment