Anda sulit untuk meyakinkan kawan-kawan Anda bahwa Anda telah berwisata ke Menado, bila belum berkunjung dan menikmati kopi plus kue Biapong di Rumah Kopi Gembira, Kawangkoan. Warga Minahasa sangat akrab dengan pasangan pusaka kuliner ini. Kopi Menado termasuk minuman khas karena biji kopinya dipanen dari tanah Minahasa yang sudah pasti memiliki citarasa berbeda dengan kopi dari daerah lainnya di Indonesia. Kami memakai biji kopi Robusta dari Kotamobagu. Sebelum disangrai, kami simpan biji-biji kopi tadi selama lima tahun, ungkap Silvana Andriani Soesanto, cucu pendiri Rumah Kopi Gembira, Herman Soesanto. Dia menambahkan, setelah tersimpan lima tahun, barulah kami sangrai setiap hari sedikit demi sedikit. Romansa semakin berbeda ketika menyeruput kopi Kawangkoan karena dipadukan kue Biapong. Biapong sepadan dengan kue Bakpao di Jawa. Isi dalam Biapong mirip juga dengan Bakpao, ada yang isi kacang tanah, daging babi, daging ayam. Rumah Kopi Gembira didirikan oleh Ip Thae Hang pada tahun 1946. Putra Ip Thae Hang, Herman Soesanto meneruskan pengelolaan bisnis minuman kopi ini dan sekarang dilanjutkan oleh Silvana. Rumah kopi yang masih menggunakan peralatan tradisional ini terhitung sebagai rumah kopi generasi awal. Menyusul berikutnya, berdirilah rumah kopi-rumah kopi lainnya. Meski telah beroperasi selama 67 tahun, Rumah Kopi Gembira bersikukuh tidak membuka cabang. Jadi, bila Anda kangen dengan citarasa kopinya, mau tidak mau Anda harus bergegas ke Kawangkoan. Kami sengaja tidak buka cabang agar resep kenikmatan kopi di Rumah Kopi Gembira terjaga rapi. Sempat ada yang datang dari Amerika, menawari untuk bekerjasama dengan memakai sistem franchise. Tetap kami tolak, ungkap Silvana yang merupakan anak kedua dari Herman Soesanto. Kawanua Plus sempat mengintip sudut-sudut dapur Rumah Kopi Gembira. Pengelolaannya sangat khas. Mereka menggunakankayu bakar untuk bahan bakar saat menyangrai biji kopi. Kayu bakar dan arang tempurung kelapa juga dipakai untuk merebus air untuk menyeduh minuman kopi.Biapong yang disajikan juga dikukus di atas kayu bakar. Menurut pengakuan perempuan 48 tahun itu dia sengaja mempertahankan ciri khas rasa dan cara memasak kopi yang dirintis kakeknya.Saya mendatangkan biji kopi pilihan dari Kotamobagu, Bolaan Mongondo, seperti yang dilakukan kakek. Selanjutnya, biji kopi itu saya simpan hingga memiliki kekeringan tertentu, ujar ibu dua anak ini. Untuk menyimpan biji kopi, tutur Silvana, membutuhkan waktu 10 tahun agar aroma khas kopi keluar ketika didihkan dengan air. Supaya aroma kopi terasa wangi ketika diseduh dengan air panas. Cara memasak kopi di Rumah Kopi Gembira Kawankoan juga masih tradisional kendati zaman sudah maju. Silvana tak menggunakan kompor atau panci untuk mendidihkan air. Ini pun, jelasnya, demi mempertahankan cita rasa khas kopi agar tak hilang. Mereka menggunakan tungku yang dipanaskan dengan kayu bakar. Ceret yang saya gunakan terbuat dari kuningan peninggalan kakek. Kalau bocor kami tambal, ucapnya. Tiga buah teko berbahan logam selalu siap dipakai untuk mengaduk kopi yang setiap harinya bisa melayani 100 gelas kopi. Ketika ramai, mereka bisa melayani hingga 500 gelas setiap harinya. Harga kopi secangkir di RUmah Kopi Gembira sangatlah terjangkau. Untuk kopi hitam hanya Rp5 ribu per cangkir dan untuk kopi susu hanya Rp6 ribu. Bila Anda masih penasaran ingin menikmati terus kopi khas Rumah Kopi Gembira, Anda bisa membeli bubuk kopinya. Harganya lagi-lagi sangat ramah kantong, hanya Rp100 ribu per kilogram. Selanjutnya, silakan Anda seduh sendiri bercangkir-cangkir kopi di perantauan bersama handai tolan dan keluarga. Tak pelak, dengan cita rasa dan kekhasan inilah Rumah Kopi Gembira Kawangkoan tersohor di hampir seluruh kota di Sulawesi Utara. Dari gubernur, bupati, anggota DPRD setempat, atau pelancong dari luar Kota Kawangkoan, menyempatkan mampir ke kedai ini untuk sekadar mencicipi kehangatan kopi. Fian, salah seorang karyawan PT Newmont Minahasa Raya, mengakui kenikmatan kopi racikan Silvana. Saya sangat suka kopi ini, Ketika dalam perjalanan menuju Buyat atau Rakatotok dari Manado, saya suka singgah di warung kopi ini. Rasa kopinya tak seperti di warung kopi lainnya, kata Fian. Silvana tak menjelaskan detail omzet penjualan kopinya. Ia hanya mengatakan Sabtu atau Minggu Silvana bisa menjual 500 gelas kopi per hari dengan harga Rp 5.000 per gelas. Kalau hari biasa, sekitar 200 gelas per hari, katanya.
Hadrian
August 17, 2014
Kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kami atas kunjungan dan penulisan artikel ini. Semoga dilain waktu, bapak berkesempatan datang dan mencicipi kembali hidangan kami
Richard
October 14, 2014
Wajib dikunjungi nih Wr.Kopi Gembira Kawangkoan. Nanti yaa klo ada tamu dari bali mau kunjungi Manado bisa saya recommended. Maju Terus Sukses Terus.. God Bless North Celebes